“Menulis adalah sebuah keberanian...” ― Pramoedya Ananta Toer

Padhang Wengi

Jadilah cahaya ditengah kegelapan

Globalisasi dan Tinjauan Analisis terhadap Negara Berkembang

By 10:48 PM ,


Globalisasi, mungkin kata itu sering kita dengarkan di televisi, radio, surat kabar ataupun percakapan sehari-hari. Kata globalisasi sendiri muncul pada dekade akhir abad ke-20. Globalisasi telah menjadikan pertukaran barang dan jasa dengan mudah terjadi melewati batas-batas territorial Negara. Globalisasi menjadikan dunia seperti Global Village. Dengan adanya Globalisasi, negara-negara dapat dengan mudah melakukan suatu interaksi, bahkan individu dalam suatu negara dengan individu di negara lain dapat dengan mudah melakukan suatu interaksi, baik dalam hal komunikasi, pertukaran komoditi, pertukaran informasi, dll. Hal tersebut menjadikan globalisasi sebagai arah baru bagi perkembangan negara-negara selanjutnya. Tapi apakah globalisasi benar-benar sesuai dengan yang selalu digembar-gemborkannya? 

Sejak berakhirnya perang dingin, dunia dilanda oleh suatu arus perubahan yang bersifat global. Pada mulanya wujud daripada perubahan tersebut terutama sekali terlihat dalam perkembangan sistem informasi dan transportasi dengan fenomena yang mempersingkat jarak didalam hubungan antara negara atau antara wilayah, baik dalam arti ruang maupun waktu. Jelas sekali bahwa perkembangan yang demikian telah dimungkinkan oleh terjadinya kemajuankemajuan yang menakjubkan dalam bidang Iptek. Tentu saja kemajuan-kemajuan Iptek tersebut telah tercapai berkat adanya kemampuan ekonomi untuk mendukungnya Adanya keterkaitan antara kedua faktor ini menimbulkan peruhahan-perubahan yang luar biasa didalam masyarakat. Sekarang ini keterbukaan semakin kuat berembus, dengan dipayungi oleh globalisasi yang berarti menjadikan segala sesuatunya global, meraksasa menjangkau seluruh dunia, keterbukaan dan globalisasi sepertinya menjadi pasangan yang sangat ideal, tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Globalisasi kemungkinan besar tidak akan ada bila keterbukaan tidak muncul dan begitu sebaliknya. Seluruh entitas yang mewarnai kehidupan masyarakat dunia tidak ada lagi yang tidak terpengaruh oleh sihir globalisasi. Produk, teknologi, kebudayaan sampai informasi merasuk jauh pada kehidupan masyarakat, tidak hanya di negara asalnya tetapi sampai ke seluruh negeri.

Implikasi Globalisasi terhadap negara berkembang
Era globalisasi adalah sebuah era di mana proses integrasi dalam bidang ekonomi demikian jelas sehingga sistem ekonomi nasional harus mengintegrasikan diri dengan sistem ekonomi global berdasarkan keyakinan pada perdagangan bebas yang telah dicanangkan pada era sebelumnya, baik era kolonialisme maupun neo-kolonialisme. Dengan masuknya era global seperti itu, yang terjadi kemudian adalah adanya dominasi global atas Negara-negara Selatan (khususnya) seperti Indonesia pada sistem ekonomi, politik, dan budaya. Negara-negara Utara sebagai Negara pemberi utang. Ideologi TNCs (Trans National Corporations) adalah buah paling mutakhir dari sistem global ekonomi dunia, sehingga pasar bebas menjadi ideologi tunggalnya. Efek langsung dari globalisasi adalah bidang ekonomi. Ekonomi suatu negara akan diintegrasikan kedalam sistem ekonomi global. Barang-barang luar negeri akan dengan sangat mudah masuk ke dalam suatu negara (tidak ada intervensi negara dalam pasar karena pasar sudah ter-integrasi kedalam pasar global). Melalui berbagai perjanjian internasional dan adanya organisasi internasional yang mengatur kebijakan ekonomi dunia (IMF dan World Bank), dominasi negara dalam pasar terus-menerus digerus oleh berbagai kebijakan-kebijakan IMF dan World Bank. Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia karena ekonomi Indonesia belum siap untuk menghadapi arus Globalisasi. Jika Indonesia memaksakan diri, maka kemungkinan produk-produk local akan disingkirkan oleh produk luar negeri dan menjadikan negara ini sebagai negara konsumen. Jika hal itu terjadi maka efek domino terhadap kondisi social-politik di Indonesia akan terjadi. Jika produk-produk Indonesia tidak bisa bersaing maka perusahaan local dapat mengalami kerugian dan mengadakan PHK terhadap karyawannya. Imbas dari globalisasi bukan hanya hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi, tetapi masuk kedalam bidang social. Globalisasi membuat arus masuk informasi menjadi tanpa batas, termasuk pornografi, pelecehan seksual dan kekerasan yang dapat mempengaruhi generasi muda bangsa. Dengan adanya televisi, internet, email dan layanan komunikasi lainnya yang merupakan imbas dari globalisasi membuat informasi bagi remaja dan anak-anak tidak terkontrol. Globalisasi berimbas juga pada masalah lingkungan. Dengan masuknya modal tanpa batas, perusahaan pertambangan asing akan berlomba untuk mengeksploitasi alam Indonesia. Dengan masuknya perusahaan tambang asing, maka pencemaran lingkungan pasti tidak akan bisa dihindarkan. Kebijakan pemerintah mengizinkan operasi pertambangan pada kawasan hutan lindung dan konservasi, sudah pasti akan mempercepat lenyapnya hutan Indonesia. “Industri keruk” tambang akan mengubah hamparan hutan hijau Indonesia menjadi padang pasir kekuningan dengan lubang-lubang beracun didalamnya. Saat ini saja terdapat 150 perusahaan yang telah mengantongi izin Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mrmbuka tambang. Mereka akan beroperasi pada kawasan hutan seluas 11.441.852 hektar. Tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

Kesimpulan
Pada dasarnya segala hal yang diciptakan manusia mempunyai efek baik dan buruk bagi manusia itu sendiri. Globalisasi juga mempunyai sifat seperti itu. Globalisasi disatu sisi menawarkan kebaikan tapi disisi lain juga kita akan terjebak pada keterpurukan jika tidak mewaspadainya. Pengaruh globalisasi juga harus dilihat dari ‘siapa yang memprakarsainya’ yaitu negara-negara Barat. Hal ini patut diwaspadai karena sumber daya alam kita yang melimpah dan bukan tidak mungkin negara-negara tersebut juga mengincarnya dengan mempengaruhi masyarakat kita tentang ‘betapa baiknya globalisasi’. Rakyat (elit penguasa dan rakyat biasa) harus meng-counter efek buruk dari globalisasi. Jika hanya rakyat biasa saja yang mencoba meng-counter-nya maka hal itu hanya akan sia-sia. Apapun taktik dan strategi yang akan dipakai untuk meng-counter efek buruk dari globalisasi akan sia-sia jika tidak ada dukungan elit penguasa dan rakyat biasa.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
  • Abrahamsen, Rita. 2004, ‘Sudut Gelap Kemajuan Relasi Kuasa Dalam Wacana Pembangunan’, Lafadl Pustaka, Jogjakarta. 
  • Dwi Putro, Widodo dan Farid Tolomundu. 2006, ‘Menolak Takluk Newmont versus Hati Nurani’, Titik Koma, Mataram. 

Website
  • http://www.walhi.or.id/kampanye/energi/050714_glob-psrbbs-bbm_cu/
  • http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1995/10/25/0003.html 
  • http://ekisonline.com/index.php?option=com_content&task=view&id=22&Itemid=28
  • http://arsip.info/kriminal/penjajahan/baru/globalisasi/ekonomi/08_07_05_001543.html 

Jurnal
  • Susanto, Joko, ‘Kajian Teoritik tentang Pengaruh Globalisasi terhadap Proses Demokratisasi, Masyarakat, Kebudayaan dan Politik’, Th XIII, No 2, April 2000
  • Qodir, Zuly, ‘Globalisasi, Neoliberalisme dan the New Sosial Movement pengalaman Muhammadiyah’, Jurnal Mandatory Edisi 4/Tahun 4/2008 © Institute for Research and Empowerment (IRE), Yogyakarta

You Might Also Like

0 komentar